Walikota Solo Joko Widodo meresmikan Gladag Langen Bogan Solo , MInggu ( 13/4) malam. Gladag Langen Bogan merupakan Pusat jajanan malam ( wisata kuliner malam ) yang terletak di Jalan Mayor Sunaryo atau sisi selatan benteng Vastenburg
Taman Satwa Taru Jurug
Salah satu objek wisata paling populer di Solo adalah Taman
Satwa Taru Jurug ( TSTJ ). TSTJ terletak di bagian timur kota Solo, tepatnya di
pinggir sebelah barat Sungai Bengawan Solo. Apa yang menarik dari TSTJ ini? Yuk
kita tengok taman yang akan menjadi BUMD ini.
Di TSTJ ini terdapat kebun binatang yang dahulu merupakan
koleksi kebun binatang bon raja Sriwedari. Karena perkembangan dan perubahan
tata kota kebon binantang di taman sriwedari dipindah ke Taman Jurug ini.
Diantara binatang yang dipindh tersebut adalah gajah bernama Kiai Anggoro.
Selain itu dini terdapat taman bermain anak atau kids play
ground. DI taman bermain ini para pengunjung yang datang bersama anak-anak bisa
menunggang gajah atau sekedar bermain ayunan dan lain-lain.
Di tengah-tengah taman ini terdapat sebuah danau dimana para
pengunjung bisa mengarunginya dengan menumpangi perahu yang ada. Atau bisa juga
memancing ikan di danau ini.
Acara hiburan yang rutin diadakan pengelola adalah musik
campursari dan dangdut. Acara tahunan yag menjadi andalan TSTJ adalah Grebeg
Syawal yang disi dengan acara larung agung Jaka Tingkir yang menggambarkan
perjalanan Jaka Tingkir mengarungi Sungai Bengawa Solo.
TSTJ buka setiap hari mulai jam tujuh pagi sampi dengan jam
5 sore. Harga tiket masuk TSTJ untuk golongan : Anak Rp. 3000,- untuk hari
biasa . hari libur harga tiket naik menjadi Rp. 4000,- . Untuk golongan orang
dewasa harga Tiket : Rp. 6000,- untuk hari biasa dan Rp. 7000,- pada hari
libur.
Denah TSTJ ini bisa di lihat di
www.tamanjurug.com/peta/Peta_Jurug.swf
Di bagian utara Taman jurug ini,dahulu merupakan arena balap
moto cross. Pada jaman dahulu pembalap asal bandung, Popo Hartopo, sangat
populer di Kota Solo karena sering berjaya di aren balap moto cross.
Taman jurug ini pertama kali dididirkan dan dikelola Tahun
1975 yang dikelola oleh PT. Bengawan Permai. namun karena masalah biaya dan
pengelolaan yang tidak profesional sehingga kondisi taman ini sangat
memprihatinkan. Hingga akhirnya Pemkot Solo mengambil alih pengelolaan dan
anakn menjadikannya sebagau BUMD berbentuk PT.
Di kota Solo terdapat sebuah museum sejarah dan budaya yang
bernama Museum Radya Pustaka. Museum Radya Pustaka merupakan museum tertua di
Indonesia yang didirikan pada masa pemerintahan Paku Buwono IX tepatnya tanggal
28 oktober 1890 oleh kanjeng Raden Adipati Sosrodiningrat IV. Raden Adipati
Sosrodidingrat IV adalah patih Pakubuwono IX dan Paku Buwono X.
Pada saat itu museum berada di dalam komplek dalem
kepatihan. Untuk lebih memudahkan diakses oleh lebih banyak orang pada tanggal
1 januari 1913 musim ini dipindahkan ke lokasinya yang sekarang yaitu di Gedung
Museum Radya Pustaka ( kompleks Taman Sriwedari ) jalan Slamet Riyadi. Gedung
tersebut dulunya adalah tempat tinggal Johannes Buseelar, seorang warga negara
Belanda.
Museum Radya Pustaka dikelola oleh Yayasan Paheman
Radyapustaka Surakarta dan dibentuk pada tahun 1951. Presidium pertama dibentuk
pada tahun 1966 dan diketahui oleh Go Tik Swan atau juga dikenal dengan nama
K.R.T Hardjonagoro
Mesjid Laweyan Dan Makam Ki Ageng Henis
Masjid Laweyan merupakan masjid tertua di Laweyan, yang
dididikan tahun 1546 Masehi. Menilik tahun bedirinya, mesjid ini dibangun
sebelum Jaka Tingkir atau Sultan Hadiwijaya menjadi Sultan Pajang antara tahun
1568-1582.
Masjid Lawayan dibangun oleh Ki Ageng Henis. Ki Ageng Henis
adalah Putra dari Ki Ageng Sela yang masih keturunan Raja Brawijaya yang
berarti masih keturunan raja-raja Majapahit. Ki Ageng Henis inilah yang
kemduian menurunkan raja-raja dinasti mataram islam.
Lahan mesjid Laweyan dulunya merupakan sanggar dari Ki Ageng
Beluk. Ki Ageng Beluk adalah seorang murid dari Ki Ageng Henis yang masuk
islam. Maka tak heran jika Lokasi Masjid ini disebut Kampung Belukan. Versi
lain menyebutkan kampung itu diberi nama belukan karena kampung ini dulu
menjadi seperti pesantren dimana selalu ada kegiatan menanak nasi untuk makan
para santri sehingga selalu keluar asap dari dapur pesantren dan disebutlah
wilayah ini sebagai Kampung Belukan (beluk = asap).
Dibelakang masjid terdapat komplek makam kerabat keraton
pajang, kartosura dan Surakarta. Pintu gerbang makam dibangun pada masa Sunan
Paku Buwono X dan didigunakan untuk ziarah ke makam dan hanya digunakan 1 kali
saja karena 1 tahun setelah kunjungan itu beliau wafat.
Beberapa orang yang dimakamkan di tempat itu antara lain
adalah :
Kyai Ageng Henis
Paku Buwono II
Permaisuri Paku Buwono V
Pangeran Widjil I Kadilangu ( pujangga Keraton Surakarta )
Nyai Ageng Pati
Nyai Pandanaran
Prabuwinoto anak bungsu dari Paku Buwono IX.
Kyai Ageng Proboyekso
Ki Ageng Beluk
Paku Buwono II
Permaisuri Paku Buwono V
Pangeran Widjil I Kadilangu ( pujangga Keraton Surakarta )
Nyai Ageng Pati
Nyai Pandanaran
Prabuwinoto anak bungsu dari Paku Buwono IX.
Kyai Ageng Proboyekso
Ki Ageng Beluk
Di makam ini terdapat tumbuhan langka Pohon Nagasari yang
berusia lebih dari 500 tahun yang merupakan perwujudan penjagaan makam oleh
naga yang paling unggul. Selain itu pada gerbang makam terdapat simbolisme
perlindungan dari Betari Durga. Makam direnovasi oleh Paku Buwono X bersamaan
dengan renovasi Keraton Kasunanan. Sebuah bangunan semacam pendapa yang
diangkat dari pindahan Keraton Kartasura.
Benteng Vastenberg
Benteng megah di tengah Kota Bengawan ini, sekarang tinggal
seongok bangunan yang tak berharga dan ditumbuhi rumput ilalang yang lebat.
Dalam konteks morfologi perkotaan, benteng itu memiliki peranan penting yakni
pusat hubungan Solo-Semarang. Kota Solo dalam periode XVIII-XIX, sebagai pusat
perdagangan dan ditandai perkembangan kota kolonial. Uniknya, perkembangan ini
tercipta dalam nuansa kekuasaan tradisionalistik Kerajaan Kasunanan Surakarta.
Sisa-sisa artefak yang jadi bukti simbol perkotaan masih dapat ditemukan di
sekitar benteng, di antaranya Gereja St Antonius, bekas gedung Javasche Bank,
kantor pos, rumah Residen, jalan raya poros lurus Solo-Semarang, permukiman
Eropa, dan Societet Harmoni.
Tipologi kota kolonial identik ditengarai adanya sebuah
benteng. Belanda merias kota sejak era Kerajaan Kartasura. Waktu itu, urusan di
wilayah kekuasaan raja pribumi ikut menjadi perhatian Belanda, misalnya
keamanan, perniagaan, permukiman, tata kota dan kebijakan (stelsel). Di utara
benteng, dulu kala digunakan sebagai tempat mangkal kapal-kapal dagang dari
segala penjuru.
Wujud pengendalian, Belanda memfungsikan benteng ini untuk
pengawasan aktivitas orang pribumi dan nonpribumi (Arab, China, dan Eropa).
Pembatasan pembauran atau interaksi berbagai golongan penduduk di Solo menjadi
masalah vital Belanda. Dalam catatan De Graaf, tertulis bahwa sebelum benteng
Vastenberg berdiri, sudah ada benteng yang menjadi sarana pengawasan dan tempat
militer, yakni Benteng Grodenmodenheit. Terbukti, sekitar tiga tahun lalu
ditemukan meriam laras panjang oleh penggali pipa di dekat Telkom.
Residen Belanda bermarkas di kawasan benteng, di bawah
komandan Gebernur Jenderal Belanda di Semarang. Pembentukan sumbu timur-barat
adalah wajah dari jalan raya Solo-Semarang. Tak pelak, semua persoalan di Solo
cepat terdengar di telinga Gebernur Jenderal di Semarang. Contohnya, geger
pecinan abad XVIII, yang diakibatkan orang-orang China mengamuk yang akhirnya
dapat teratasi dan dikejar sampai ke Jawa Timur. Ini tak lain berkat adanya
pengawasan dalam benteng.
Pemetaan atau desain kolonial cukup jelas di Kota Bengawan
walau dalam pengaruh kuat praja kejawen dari simbolisasi Kerajaan Jawa. Sebagai
pembuktian, infrastruktur transportasi rel kereta api jurusan Wonogiri-Solo, di
selatan benteng, mampu memotong konsep praja kejawen yaitu pandangan spiritual
raja dari atas Pergelaran ke arah lurus utara Tugu Pemandengan.
Bila kita menyimak nilai-nilai historis Benteng Vastenberg,
sepertinya tak rela melihat benteng ini rapuh dan rusak. Coba kita menyempatkan
melongok ke dalam benteng, yang kita temukan hanyalah puluhan kambing yang
sibuk makan rerumputan. Memang ironis, hanya benteng di Solo saja yang tergerus
punah karena ulah tangan-tangan jahil, padahal beberapa benteng peninggalan
kolonial Belanda di kota lain sudah menjadi aset wisata dan museum.
Sangiran
Sangiran adalah sebuah tempat atau situs manusia jaman
purba. Pada tahun 1936 seorang ahli paleoantropologi bernama Dr. Von
Koenigswald menemukan sekumpulan fosil mansuia purba lengkap di Sangiran ini.
Fosil tersebut diperkirakan berumur 1,5 juta tahun.
Selain fosil manusia purba tersebut, ditemukan pula
peralatan yang digunakan manusia purba pada masa itu seperti kapak batu dan
lain-lain. Di kemudian hari ditemukan pula fosil-fosil binatang purba.
Menurut penelitian Sangiran awalnya adalah sebuah bukit yang
dikenal dengan sebutan ”Kubah Sangiran”. Kubah itu kemudian tererosi pada
bagian puncaknya sehingga membentuk sebuah depresi. Pada depresi itulah,
tersingkap lapisan-lapisan tanah secara alamiah. Dari sinilah para ahli
mendapatkan informasi yang sangat lengkap tentang kehidupan masa lampau
Sejak tahun 1977 Pemerintah telah menetapkan Sangiran
sebagai kawasan cagar budaya melalui surat keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan No 070/0/1977, tertanggal 5 Maret 1977. Komite World Heritage Unesco
juga menetapkan Sangiran sebagai kawasan warisan dunia atau World heritage No.
593
Luas wilayah situs yang sudah mendapat pengakuan
internasional ini, kurang lebih 56 km2 yang mencakup tiga kecamatan di
Kabupaten Sragen, yaitu Kecamatan Kalijambe, Gemolong dan Plupuh serta
Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar.
DI sini juga terdapat sebuah Museum Purbakala Sangiran.
Museum ini memiliki kurang lebih 13.086 fosil tetapi yang dipamerkan hanya
2.931, sisanya sebanyak 10.875 lagi masih disimpan di gudang. Untuk melihat
koleksi ini kita hanya perlu membayar Rp 1500, murah kan.
Sangiran yang terletak di kabupaten Sragen , bisa dicapai
dengan mudah dari Kota Solo. Hanya kurang lebih 17 KM arah utara atau jurusan
Purwodadi.
Air dianggap dapat
menenangkan jiwa. Tidak heran, berbagai obyek wisata air baik wisata air alami
maupun buatan kerap menjadi sasaran kunjungan untuk menghabiskan masa libur.
Di wilayah Solo Raya, ada obyek rekreasi air baru. Berlokasi di Solo Baru, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo, Pandawa Water World (PWW) menjadi salah satu alternatif pilihan mengisi masa berlibur bersama keluarga.
Di wilayah Solo Raya, ada obyek rekreasi air baru. Berlokasi di Solo Baru, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo, Pandawa Water World (PWW) menjadi salah satu alternatif pilihan mengisi masa berlibur bersama keluarga.
Mengikuti
tren obyek wisata air lainnya, PWW tidak mau ketinggalan menawarkan wahana yang
sedang digemari kini, water boom. Wahana lainnya adalah volcanic pond
atau kolam air panas, water curtain, aerated crater, raft slide, racer
slide, earth shower dan mountain cavern.
Selain menawarkan suasana rekreatif, atmosfer petualangan muncul kala me-nikmati beberapa wahana yang menantang nyali, seperti bungee jumping, body slide dan black hole.
Selain menawarkan suasana rekreatif, atmosfer petualangan muncul kala me-nikmati beberapa wahana yang menantang nyali, seperti bungee jumping, body slide dan black hole.
PWW
yang ingin langsung dikenal dan melekat di benak masyarakat kemudian menerapkan
strategi mengangkat wayang guna memberi karakter pada wahana-wahana yang ada.
Sebagai contoh, kolam ombak bernama Kresna Wave Pool. Wahana bungee
jumping disebut Gatotkaca Bungee Tower dan Gatotkaca Drop Pool,
sedangkan kolam anak dan balita berjudul Kunti Children and Toddler Pool.
Penamaan sekaligus personifikasi tokoh wayang tersebut berupa patung berukuran sangat besar yang mencolok dan menjadi kekuatan desain area water world secara keseluruhan.
Penamaan sekaligus personifikasi tokoh wayang tersebut berupa patung berukuran sangat besar yang mencolok dan menjadi kekuatan desain area water world secara keseluruhan.
Harga
tiket masuk Rp 100.000 per orang untuk Sabtu-Minggu, Rp 35.000 per orang tiap
Senin, dan Rp 50.000 per orang Selasa-Jumat.
Pada akhir pekan dan hari libur nasional, PWW dibuka pukul 08.00- 18.00. Sisanya dibuka pukul 10.00-18.00.
Untuk keamanan ada 25 life guard untuk tiap sif jaga. Jika ingin nyaman, bermain air lebih menyenangkan kala pagi atau sore hari ketika surya tidak terlalu terik.
Pada akhir pekan dan hari libur nasional, PWW dibuka pukul 08.00- 18.00. Sisanya dibuka pukul 10.00-18.00.
Untuk keamanan ada 25 life guard untuk tiap sif jaga. Jika ingin nyaman, bermain air lebih menyenangkan kala pagi atau sore hari ketika surya tidak terlalu terik.
Ayo………let’s go to SOLO ‘The Spirit of Java
Sebuah forum yang didedikasikan kepada pelestarian warisan budaya benda dan takbenda pada kota-kota bersejarah, utamanya pada kota-kota yang tercantum dalam Daftar Warisan Dunia UNESCO, atau kota-kota yang memiliki warisan budaya takbenda yang diakui oleh UNESCO. Setiap dua tahun konferensi ini mengumpulkan para pakar dalam bidang pelestarian kota bersejarah serta pemanfaatannya untuk pariwisata dan peningkatan perekonomian kota; juga para walikota, politikus dan birokrat yang, serta memberikan kesempatan guna bertukar pengalaman dan mendiskusikan berbagai masalah terkait. Kawasan Euro-Asia dari Organisasi Kota-kota Warisan Dunia Zona Euro-Asia (the Organization of World Heritage Cities of Euro-Asia Section), yang didirikan pada tahun 2003, adalah penyelenggara utama Konferensi ini.Konferensi yang pertama diselenggarakan di Kazan tahun 2004. Konferensi-konferensi selanjutnya diselenggarakan di Safranbolu (Turki) tahun 2005 dan di Lijiang (Cina) tahun 2006.
Agenda:
1.Konferensi internasional dengan tema Perlindungan Warisan Budaya Takbenda dan Pembangunan Kota Berkelanjutan
2.Workshop Pembuatan keris, Batik, Wayang, dan Gamelan.
3.Tur ke Pasar tradisional, Keraton Kasunanan Surakarta,dan kampung batik di Kauman dan Laweyan.
4.Pameran Batik dan Bazar Batik sebulan penuh.
So….Ditunggu kedatangan temen2 di SOLO The Spirit of Java,
Nuwun………..
Secretariat of the Organizing Committee of Solo:
Loji Gandrung (Guest House)
Jl. Slamet Riyadi 261, Solo 57141, Central Java, INDONESIA
Phone/fax: +62 271 734939
E-mail:whc.conference{at}yahoo.co.id
namun Buat yang doyan makan, kalo maen ke Solo hukumnya “wajib” ke sini. Tempatnya di tengah jalan, tapi dijamin deh….bersih. BTW makanannya ….wow ueeenakk tenan ! Semua makanan di sini adalah “makanan tradisional khas Solo”.
,,,just info (dan promo) gue sudah 7 kali makan di tempat ini, dan selalu mencoba tempat yg berbeda (Tengkleng Pasar Klewer, Susu Shijack, Nasi liwet, Bubur lemu & Wedang dongo, Bistik lidah, Gudek ceker Bu Kasno, Sate sapi “Yu Rebi”), dan semuanya : mak nyusssss
Ini salah satu tempat wisata Pemandangan di Villa Jumok (Sukuh Cottage), deket Candi Sukuh Solo Raya (disewakan dan murah +/- Rp.200ribu/malam) —enak untuk ngadem menghilangkan stress ataupun menyepi. Beautifull journey, perlu di coba
Tidak ada komentar:
Posting Komentar