goa kiskendo
Goa Kiskendo menjadi salah satu obyek wisata yang banyak dikunjungi terutama pada saat akhir pekan. Pada hari sabtu dan minggu biasanya banyak pengunjung dari kalangan muda – mudi. Harga tiketnya yang terjangkau hanya Rp 2.500,- tidak sebanding dengan panorama alam yang akan didapat di dalamnya. Goa tersebut terbentuk selama berabad – abad yang diakibatkan dari tetesan air yang turun kebawah. Tetesan tersebut lalu menjadikan ornament stalagtit dan stalagnit yang menawan. Stalagtit atau batuan kapur yang menggantung dapat terbentuk akibat dari proses pengendapan zat kapur ribuan tahun yang lalu, sedangkan stalagnit untuk batuan kapur yang terbentuk dari hasil tetesan stalagtit. Untuk memasuki Goa Kiskendo, pengunjung akan menyusuri jalan setapak yang berbatu dan memasuki mulut goa yang curam. Setelah memasuki area goa, suasana sejuk akan mulai terasa. Gemercik air dan angin yang berhembuspun dapat kita nikmati sesampainya di dalam goa. Beberapa goa kecil yang ada di dalamnya menambah keindahan dan kelesarian Goa Kiskendo. Beberapa goa yang ada didalamnya diantaranya Goa Lawang, Goa Pertapaan, Goa Tulangan, Goa Kampret dan Goa Kempul (dinamakan Kempul karena bila dipukul akan mengeluarkan bunyi seperti kempul atau gong). Kempul atau gong merupakan alat musik yang biasa digunakan untuk pertunjukan pewayangan. Selain pemandangan alam berupa goa – goa kecil, kita juga akan disuguhi stagnit dan stalagtit yang menakjubkan. Kedung Jagan merupakan sebutan untuk sungai kecil yang mengalir dan terdapat di dalam goa dengan aliran air berwarna putih. Terdapat pula sungai dengan aliran air yang lebih besar dan terkadang dimanfaatkan oleh pengunjung untuk mandi. Meskipun terdapat larangan untuk mandi di sungai, namun pada saat air sungai sedang tidak pasang banyak pengunjung yang mandi di sungai tersebut. Selain sebagai tempat untuk berlibur, di Goa Kempul yang terdapat di dalam area Goa Kiskendo juga digunakan sebagai tempat untuk bersemedi. Beberapa penduduk memanfaatkan sudut – sudut goa untuk menjual makanan atau minuman. Hal tersebut cukup efektif, mengingat banyak pengunjung yang tidak membawa bekal saat berkunjung
“GOA
KISKENDO” Tempat Bersemayamnya para tokoh pewayangan
Untuk mencapai tempat wisata alam yang satu ini,
ada beberapa alternatif alat transportasi diantaranya kita bisa menggunakan
jasa ojek sepeda motor dari gapura pertama, bisa juga dari gapura pertama kita
berjalan mengikuti jalan yang beraspal tersebut, ini bagi mereka yg emang gemar
hiking dan berbau-bau petualagan, dan bagi rombongan banyak alangkah baiknya
menggunakan mobil carteran yang bisa langsung masuk ke lokasi wisata.
Alternatife terakhir, kita bisa menggunakan kendaraan pribadi, karena di area
ini juga terdapat tempat parkir yang lumayan lebar.
Goa Kiskendo ini berada di desa Trayu masuk dalam wilayah kecamatan Singorojo.
Cukup hanya dengan Rp.2.500,- sebagai tiket masuk, kita bisa menikmati
keindahan alam bawah tanah,dengan lukisan stalagtit dan stalagmitnya yg begitu
menakjubkan
Didalam
Goa Kiskenda ini kita akan disuguhi dengan suara gemerciknya air yang mengalir
jernih, bak kilauan permata putih yang menyilaukan, sembari kita ngobrol-ngobrol
santai melepas penat setelah beraktifitas sehari-hari. Kita juga akan ditemani
dan dimanjakan oleh tiupan angina yg segar dan sejuk yang masuk melalui
celah-celah bebatuan, menambah suasana didalam goa seperti ruangan yang ber-AC.
Bagi yang gemar berkemah (Camping) maupun panjat tebing disini juga telah
tersedia prasarana tersebut, selain dari kelompok Pramuka, Pecinta Alam banyak
juga dari kalangan mahasiswa yang mencoba area panjat tebing ini, terkadang
mereka juga mendirikan tenda yang tempatnya tak jauh dari area panjat tebing
tersebut, bahkan diarea camping ground ini kita bisa melihat “Curug Guwo” yang
letaknya di bukit sebelah selatan kurang lebih 2km kalau kita berniat
menyambanginya. Disisi sebelah barat dari area berkemah kita juga akan melihat
bukit yang menjulang dengan rerimbunan pohon-pohon kecil serta semak-semak yang
lebat.
Menurut P.Buadi warga Desa Trayu menyebut bukit ini dangan sebutan : “Gunung
Tugel” (putus).
Konon gunung tersebut diputus dengan “gaman”/senjata milik Gareng salah satu
tokoh di jagat pewayangan.
Apa maksud dan tujuan Gareng melekukan itu, P.Buadi pun kurang begitu tau dan
paham karena memang cerita ataupun tutur dari sesepuh pun hanya sebatas di
putus saja gunung tersebut.
Di Goa Kiskendo ini terdapat bermacam-macam jenis goa, selain Goa Kampret, Goa
Pertapa, disini terdapat juga Goa Kempul (masih menurut cerita P.Buadi konon
goa ini digunakan sebagai tampat menyimpan berbagai macam jenis lakon
pewayangan) dan juga goa ini kalo di pukul bunyinya seperti kempul atau gong (
salah satu jenis alat musik dalam pewayangan) makanya goa yang satu ini sering
digunakan dalam mencari inspirasi dan semedi khususnya bagi mereka yg ingin
memperdalam dalam ilmu pewayangannya.
Namun sangat disayangkan di dinding-dinding goa kiskendo ini sekarang sudah
banyak coretan-coretan tangan jahil yang tidak bertanggung jawab, sehingga
menyebabkan goa kiskendo ini kurang tampak lagi kealamiannya, mungkin ini salah
satu dari dampak banyaknya pengunjung yang kurang sadar serta ingin mencari sensasi
dan kenang-kenangan dalam petualangannya.
mereka sekedar ingin di kenal dan dikenang dengan mencorat-coret namanya, nama
sekolahnya maupun nama kekasihnya, seandainya mereka tau/sadar hanya jejak
tapak alas sepatulah yang boleh mereka tinggalkan bukan coret-coretan itu
mungkin Goa Kiskendo akan lebih alami lagi.
Goa Kiskendo
adalah goa alam yang berada di pegunungan Menoreh yang terletak 1200 m di atas
permukaan laut. Goa Kiskendo ini terletak sekitar 38 km arah barat laut
Yogyakarta di atas bukit utara Kabupaten Kulon Progo,Goa Kiskendo yang terletak
di desa Jatimulyo, Kecamatan Girimulya, dapat dicapai dari yogyakarta dengan
jarak kurang lebih 38 km atau kurang dari 21 km dari kota wates. yang dapat
diakses melalui jalan kecil beraspal. Hanya kendaraan beroda empat berukuran
kecil saja yang dapat sampai ke gua ini. Bagi Anda yang datang dengan bis besar
harus berhenti di desa Niten, dekat kantor kecamatan Giri Mulyo, sekitar 8 km
dari gua.
Tidak jauh dari mulut goa Kiskendo terdapat Goa Sumitro yang mempunyai dua
mulut vertikal dan horizontal yang mengalir sungai bawah tanah yang jernih.
Objek wisata ini sangat cocok untuk kegiatan perkemahan karena didukung dengan
adanya lahan yang luas dengan udara yang nyaman. Sepanjang Goa Kiskendo dapat
menikmati pemandangan alam pegunungan yang mempesona. Memasuki gua Kiskendo,
pengunjung akan disambut oleh keindahan stalaktit dan stalagmit seperti gua
batu kapur pada umumnya.
aman wisata ini terletak 35 kilometer di sebelah Barat kota Yogyakarta, di pegunungan Menoreh.
Taman Wisata ini terdiri dari Goa Kiskendo, Goa Sumitro dan Watu Blencong . Merupakan goa alam di pegunungan Menoreh yang terletak 1200 m di atas permukaan laut yang berhawa sejuk, dari bentuk serta keadaannya sangat serupa dengan apa yang yang tersirat dalam legenda dalam legenda Istana Goa Kiskendo (yang merupakan fragmen dari cerita Ramayana ), tempat tinggal Raksasa Mahesasura yang berkepala kerbau dan Lembusura yang berkepala sapi.
Dalam kisah pewayangan, di tempat ini terjadi pertempuran antara Subali Sugriwa dengan Mahesasura dan patih Lembusura yang menghuni goa ini.Di samping itu keadaan-keadaan geologis dari goa-goa yang ada di daerah berbatu kapur.
Di dalam goa Kiskendo ini terdapat banyak stalaktit dan stalagmit yang aneh namun indah bentuknya.Di dalam goa ini mengalir sungai di bawah tanah yang dalam cerita pewayangan, dan dalam pertempuran antara Subali ; Sugriwa dan Mahesasura ; Lembusura, mengalirkan air berwarna merah dan putih
Goa Kiskendo adalah goa alam yang
berada di pegunungan Menoreh yang terletak 1200 m di atas permukaan laut. Goa
Kiskendo ini terletak sekitar 38 km arah barat laut Yogyakarta di atas bukit
utara Kabupaten Kulon Progo,Goa Kiskendo yang terletak di desa Jatimulyo,
Kecamatan Girimulya, dapat dicapai dari yogyakarta dengan jarak kurang lebih 38
km atau kurang dari 21 km dari kota wates. yang dapat diakses melalui jalan
kecil beraspal. Hanya kendaraan beroda empat berukuran kecil saja yang dapat
sampai ke gua ini. Bagi Anda yang datang dengan bis besar harus berhenti di
desa Niten, dekat kantor kecamatan Giri Mulyo, sekitar 8 km dari gua. Tidak
jauh dari mulut goa Kiskendo terdapat Goa Sumitro yang mempunyai dua mulut
vertikal dan horizontal yang mengalir sungai bawah tanah yang jernih. Objek
wisata ini sangat cocok untuk kegiatan perkemahan karena didukung dengan adanya
lahan yang luas dengan udara yang nyaman. Sepanjang Goa Kiskendo dapat
menikmati pemandangan alam pegunungan yang mempesona. Memasuki gua Kiskendo,
pengunjung akan disambut oleh keindahan stalaktit dan stalagmit seperti gua
batu kapur pada umumnya.
Suatu saat mereka datang ke Kahyangan mengajukan keinginannya untuk memperistri Dewi Tara putri sang Bathara Indra. Sikap biadab itu menimbulkan kemarahan dewata. Para dewa serta merta menolak mentah-mentah lamaran tersebut. Dua saudara itu tidak bisa menerima penolakan itu. Mereka lalu mengamuk ke Kahyangan. Ribuan tentara biantang dikerahkan untuk menyerang kahyangan. Karena kesaktian keduanya sangat dahsyat,
tak satupun para dewa yang dapat mengalahkan Maesasura dan Lembusura.
Dalam keadaan demikian, Bathara Guru mencari cara untuk menumpas wadyabala Goa Kiskenda. Hanya ada satu cara yaitu dengan menggunakan kesaktian kadewatan yang maha dahsyat utnuk mengalahkan mereka. Kesaktian itu bernama aji Pancasona. Namun yang dapat menerimanya harus dia yang berhati luhur dan seorang suci yang mampu mengendalikan segala nafsunya sehingga kesaktian maha dahsyat itu tidak digunakan sewenang-wenang.
Para dewa sepakat untuk menyerahkan kesaktian itu ke Subali putra Resi Gotama yang sedang bertapa di Suryapringga. Bertahun-tahun mereka bertapa mematikan seluruh raga dan memusatkan seluruh pancaran jiwa mereka kepada Sang Pencipta. Tujuan mereka hanya satu memohon ampun kepada dewata atas segala perbuatan yang telah mereka lakukan. Suasana hening menjadi semarak saat Bathara Guru ditemani oleh Bathara Narada dan para dewa turun ke marcapada menemui mereka. Subali dan Sugriwa segera dibangunkan dari pertapaannya. Dan berkatalah sang raja dewa bahwa permohonan mereka akan dikabulkan dengan syarat mereka harus menumpas terlebih dahulu angkara murka yang kini bersemayam di tubuh Maesasura dan Lembusura. Subali dan Sugriwa bersedia. Dan sebelum mereka berangkat secara khusus, Bathara Guru menganugerahkan aji Pancasona kepada Subali dengan harapan Subali dapat menggunakannya demi perdamaian di alam ini.
Dengan kesungguhan hati, Subali dan Sugriwa berangkat ke Goa Kiskenda. Di mulut gua, Subali berpesan pada adiknya untuk waspada dan siap berjaga-jaga. Apabila keluar cairan darah berwarna merah, maka dapat dipastikan bahwa seluruh musuh telah sirna dari muka bumi ini. Namun apabila terjadi genangan darah putih mengalir keluar gua, maka Sugriwa harus segera menutup pintu gua. Setelah Sugriwa menyanggupi, Subali
langsung masuk kedalam melabrak Maesasura dan Lembusura.
Pertempuran antara makhluk-makhluk sakti itu tidak dapat dielakkan. Dinding gua seakan runtuh menahan gempuran kesaktian dari kedua belah pihak. Dan hanya berkat kesaktian Subali yang memiliki ajian Pancasona, Maesasura dan Lembusura dapat dibinasakan. Kepala keduanya diadu sehingga pecah berantakan. Otak dari Maesasura dan Lembusura hancur berantakan sehingga meleleh keluar gua. Dari luar gua, Sugriwa menantidengan harap cemas. Dan betapa hancur hati Sugriwa ketika mengetahui bahwa cairan yang mengalir berwarna merah dan putih. Ini berarti Subali mati bersama musuh-musuhnya. Dengan panik Sugriwa mengerahkan seluruh tenaganya dan menghancurkan pintu gua sehingga pintu gua kiskenda tertutup. Dengan kepedihan hati, Sugriwa segera melaporkan hal ini ke kahyangan.
Keadaan menjadi gembira tatkala para dewata mengetahui kabar matinya Maesasura dan Lembusura. Namun keadaan itu berubah menjadi duka saat mengetahui Subali juga mati dalam pertempuran itu. Sugriwa yang telah melaporkan itu kemudian dianugerahi hadiah untuk mempersunting Dewi Tara. Tak lama setelah perkawinan itu Subali tiba-tiba muncul di tengah-tengah keramaian. Subali mengamuk dan menganggap Sugriwa telah mengkhianati dirinya. Sugriwa yang terkejut belum sempat mejelaskan apa-apa sudah langsung dihajar oleh Subali. Kesaktian Subali yang berada jauh diatas Sugriwa membuat Sugriwa semakin tidak berdaya. Bathara Guru datang melerai dan panjang lebar menjelaskan duduk perkara yang sebenarnya.
Mendengar hal itu Subali menyesal dan dengan pilu meminta maaf pada adiknya. Cinta Sugriwa yang besar kepada kakaknya itu membuatnya menerima semua yang telah terjadi. Akhirnya Subali yang sudah berdharma sebagai brahmana, menyerahkan goa Kiskenda dan Dewi Tara kepada Sugriwa. Sugriwa kemudian membangun kerajaan kera yang diberi nama Pancawati, sementara Subali melanjutkan tapa bratanya.
Versi lain Kisah Gua Kiskenda yang saya dengar, menjelang ajalnya Subali bermaksud memberikan aji pancasona ke Sugriwa. Namun karena kecurigaan dan ketidakpercayaannya Sugriwa tidak mau mendekat kepada Subali meskipun kondisinya sudah sekarat. Pada cerita itu, Subali digambarkan masih mempunyai sifat licik. Singkat cerita akhirnya Aji Pancasona jatuh ke tangan Raja Alengka Rahwana raja.
Gua Kiskenda adalah salah satu obyek wisata andalan Kabupaten Kendal. Gua Kiskenda terletak di Dusun Guwo Desa Trayu Kecamatan Singorojo Kabupaten Kendal Jawa Tengah. Berjarak sekitar 27 KM dari kota Kendal, ibukota kabupaten. Dan 40 KM dari pusat kota Semarang. Ornamen stalagtit dan stalagnit di dalam gua menggambarkan kisah Maesa Suro-Lembu Suro hingga runtuhnya kerajaan Gua Kiskendo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar