Kamis, 26 Januari 2012

Wisata Gresik


Wisata Segoro Indah Dalegan Gresik Mirip Pantai Kuta Bali

Kawasan Wisata Segoro Indah Dalegan (Wisid) di Desa Dalegan, Kecamatan Panceng, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, merupakan objek wisata alam yang menawarkan keindahan layaknya Pantai Kuta, Bali. Pasir putihnya yang lembut dan air laut jernih dengan ombak "flat", membuat para pengunjungnya betah berlama-lama, meskipun hanya sekedar duduk-duduk sambil ngobrol, berada di objek wisata yang berada di pantura (pantai utara) Laut Jawa ini. Tiap harinya tidak kurang dari 500 pengunjung, baik keluarga maupun muda-mudi menikmati udara segar Pantai Dalegan. Lebih-lebih pada musim liburan, tiap harinya bisa mencapi sepuluh ribu pengunjung. Menurut Kepala Desa Dalegan, Muzarodin, awalnya pantai dengan luas lahan sekitar 3,5 hektare itu hanya pantai biasa yang tidak dibuka untuk umum. Hanya dinikmati warga sekitar saja. Namun, lama-kelamaan, dari mulut kemulut, pengunjung dari berbagai daerah, khususnya Jatim, terpikat dan merasa nyaman dengan sajiaan keindahan Pantai Dalegan. Sejak itulah tahun 2003, warga desa setempat mempunyai gagasan membuka pantai, sebagai tempat wisata umum. Bahkan, di hari-hari tertentu Wisid menjadi tempat gelar budaya pesisir, kompetisi olah raga, maupun karnaval budaya. Dibukanya pantai wisata Dalegan ini berdampak pada kemajuan perekonomian masyarakat desa setempat.
Sebagian di antara mereka menggantungkan mata pencaharian dengan membuka tempat usaha di sekitar lokasi wisata, seperti warung makan, menyewakan pelampung, menjual cendera mata, yang tempat usahanya tiap bulannya ongkos sewa dipatok Rp 50 sampai Rp 75 ribu.
Tidak hanya itu, kontribusi yang disumbangkan dari hasil pengelola pantai menjadikan Desa Dalegan berkembang sebagai desa mandiri, tidak seperti desa desa lainnya.
Dari Pendapatan Asli Desa (PADes), Pemerintah Desa (Pemdes) Dalegan mampu menyumbang fasilitas dan anggaran untuk lembaga-lembaga formal maupun informal di daerahnya.
Ia mencontohkan, pemberian subsidi 28 lembaga pendidikan yang tidak mendapat bantuan dari pemerintah, telah diberi satu set perangkat komputer.
Termasuk juga dengan organisasi olah raga seperti sepak bola dan voli yang ada di Desa Dalegan, per bulannya juga diberi bantuan. Semua anggaran tersebut dialokasikan dari PADes Dalegan.
Tidak hanya itu, pembangunan infrastruktur maupun anggaran untuk biaya operasional desa seperti gaji perangkat desa, tidak hanya menggantungkan Alokasi Dana Desa (ADD) dari Pemkab Gresik, semuanya juga disokong PADes. Besarnya PADes Dalegan disumbang dari pendapatan Wisid, sekitar Rp400 juta per tahunnya," katanya mengungkapkan.
"Anti-Investor" Lebih lanjut ia menjelaskan, pendapatan Wisid tidak masuk dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Gresik, semuanya masuk ke PADes. Hanya 10 persen dari tiket masuk dan 15 persen dari pendapatan parkir disetorkan ke Pemkab Gresik untuk pembayaran pajak, nilainya sekitar Rp 5 juta hingga Rp 7 juta per bulannya. Atas dasar itulah, warga di desa setempat menolak tawaran pemerintah untuk mengembangkan Wisid dengan kerja sama investor.
Mereka mengkhawatirkan, apabila Wisid dikelola oleh investor, tentunya bakal menjadi wisata elite layaknya Wisata Bahari Lamongan (WBL), yang hanya bisa dinikmati oleh kalangan menengah ke atas. Kendati masyarakat pesisir menolak pengembangan pantai wisata Dalegan oleh pihak investor, namun Pemkab Gresik tetap berupaya melakukan pendekatan dengan warga, demi untuk menata pantai lebih baik. Sekretaris Daerah Kabupaten (Sekdakab) Gresik, Husnul Huluq bahkan telah mengkonsep pengembangan wisata Pantai Dalegan dengan memperluas lahan dari 3,5 ha menjadi 9 ha, bahkan telah membentuk tim panitia tujuh untuk proses pembebasan lahan.
Warga pesisir sendiri tetap menolak pengembangan wisata pantai karena mereka khawatir bakal tergusur. Pantai yang berjarak sekitar 60 km Barat Laut Kota Surabaya atau 25 km dari Kota Gresik ini. Berada di jalur Pantura lama, yaitu jalan Daendeles dari gresik hingga Tuban, sehingga sepanjang perjalanan terutama di Kota Kecamatan Sidayu banyak dijumpai bangunan kuno, peninggalan penjajah Belanda.
Selepas Kota Sidayu, masuk kawasan Dalegan melewati tambak bandeng maupun udang, sepanjang 3 km dari jalan Pantura Daendeles menuju Dalegan bisa ditempuh dengan angkutan pedesaan maupun ojek.
Bila ditempuh dari terminal Osowilangun Surabaya melintasi Pantura Daendeles ongkosnya Rp8.000/orang, sementara angkutan pedesaan Rp 3.000,00/orang. Sedangkan ojek, tergantung tawar menawar antara Rp 5.000,00 dan Rp 10.000,00 sekali jalan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar