Pulau Gili dan Noko Jadi Objek Wisata
Menurut dia, mereka yang rata-rata penduduk asli Pulau Bawean yang selama ini tinggal dan menetap di Malaysia dan Singapura itu menginap di Pulau Gili Timur. Pagi harinya mereka berjalan kaki menuju Pulau Noko. Pulau yang seluruh permukaannya itu berupa pasir putih tersebut bisa diseberangi pejalan kaki jika permukaan air laut sedang surut.
Pulau Noko yang berjarak kurang dari satu mil laut itu selama ini tidak berpenghuni sehingga para wisatawan bisa bermain pasir putih sepuasnya di pulau yang berada di tengah-tengah Laut Jawa itu.
Ramainya Pulau Gili dan Pulau Noko itu tak seperti biasanya. Pada hari-hari biasa, hanya ada beberapa perahu kelotok milik para nelayan yang melayani warga Pulau Gili untuk berbelanja ke Pulau Bawean.
Itu pun hanya pada pagi hari antara pukul 06.30 hingga 09.00 WIB. Selebihnya, warga Pulau Bawean yang hendak menuju Pulau Gili harus mencarter perahu kelotok dengan tarif Rp50 ribu untuk sekali jalan.
Namun Lebaran tahun ini ramai sekali, bahkan warga Dusun Pamona, Desa Sidogedungbatu, Kecamatan Sangkapura, Pulau Bawean, menyediakan lahan parkir untuk kendaraan para wisatawan lokal yang hendak menuju ke Pulau Gili Timur dan Pulau Noko.
Ramainya kunjungan wisatawan lokal itu menjadi berkah tersendiri bagi para nelayan di Pulau Gili Timur. “Kebetulan sekarang ikan lagi sepi. Ini menjadi penghasilan tersendiri bagi kami,” kata Agung menuturkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar