Selasa, 31 Januari 2012
Jumat, 27 Januari 2012
Pesona Pantai-Pantai Pacitan
Pesona Pantai-Pantai Pacitan – alami
itu indah
Beberapa hari yang lalu, tepatnya
Jumat, 19 Juni 2009, saya berkesempatan ikut hunting foto landscape bersama
salah satu klub fotografi sidoarjo (KOPDAR). Tujuan hunting kali ini adalah
pantai-pantai di selatan Pacitan, mulai Pantai Srau, Buyutan dan Klayar.
Saya adalah satu-satunya peserta
hunting yang berasal dari luar kota, sementara yang lainnya dari Sidoarjo dan
seputaran Surabaya. Kami janjian bertemu di Terminal Bungurasih, sehingga saya
harus berangkat lebih awal dari jadwal pertemuan jam 18.30 WIB. Sehingga, saya
dari Malang berangkat pukul 15.00 WIB, karena takut kena macet di Porong
Sidoarjo yang sampai sekarang masih belum normal.
Tepat jam 17.30 saya sampai di Terminal
Bungurasih, dan langsung saja saya online sebentar di FN, ternyata ada kendala
di lapangan salah satu peserta molor sampai jam 20.00, terpaksa saya nunggu di
Terminal sambil ngopi di salah satu stan donat di depan terminal. Sempat juga
terbesit dalam pikiran untuk mengeluarkan kamera dan mengabadikan momen-momen
di terminal, tetapi segera saja saya sadar bahwa ini bukanlah lingkungan yang
bersahabat.
Sekitar jam delapan lebih sedikit, saya
ketemu dengan beberapa teman Sidoarjo, tapi belum semuanya lengkap. Setelah
nunggu sampai jam 21.00 akhirnya semua peserta sudah lengkap dan berangkat
menuju Pacitan. Perjalanan Surabaya – Pacitan ditempuh kurang lebih 7-8 jam.
Jam 5 pagi, kami sampai di spot
pertama, Pantai Srau. Tidak ada kehidupan di situ, hanya hamparan kebun kelapa
dan suara deburan ombak yang menghantam karang dan pantai. Kami menunggu momen
sunrise di situ dan mengambil beberapa foto.
Sampai jam 7.21 pagi, kami pindah spot
ke sisi selatan Pantai Srau untuk mengambil beberapa foto, dan setelah itu kami
berkemas untuk menuju ke perkampungan nelayan di Watu Kurung. Di situ kami
sarapan pagi dan oleh penduduk diberitahu bahwa ada Pantai bagus di sekitar
kampung nelayan tersebut. Segera saja kami menuju ke sana. Namanya Pantai Pasir
Putih karena memang pantainya berwarna putih bersih. Pantai ini jarang sekali
dijamah manusia, hanya nelayan di sekitar pantai tersebut yang menyambangi
pantai untuk mencari kepiting dan ikan.
Setelah itu kami melanjutkan perjalanan
ke Pantai Klayar dan tiba di tujuan sekitar pukul 13.19. Kami hanya
mampir sebentar untuk booking MCK kepada juru kunci pantai dan langsung menuju
ke Pantai Buyutan untuk mengejar sunset. Sayang sekali sampai di Buyutan kami
tidak berhasil mendapatkan sunset karena posisi matahari sedang tepat di arah
barat di balik karang.
Pukul 17.32 kami balik lagi ke Pantai
Klayar, cari makan malam dan siap-siap untuk tidur sekitar pukul 21.30. Waktu
istirahat benar-benar kami manfaatkan karena seharian kami menempuh perjalanan
jauh dan kurang istirahat, sambil mempersiapkan fisik untuk pengambilan foto
sunrise dan landscape esok harinya.
Jam 5 pagi kami mulai pasang peralatan
di pantai untuk mengabadikan momen-momen pagi di Pantai Klayar. Mulai matahari
belum tampak sampai matahari kira-kira 15 derajat posisinya. Setelah itu kami
berkemas untuk kembali ke Surabaya dan saya turun di Nganjuk untuk mengunjungi
kampung halaman.
Hunting kali ini benar-benar membuka
mata saya tentang fotografi landscape yang sebenarnya, dimana peran filter,
terutama CPL, ND, dan Grad ND benar-benar sangat vital. Untuk tahap berikutnya,
filter wajib dibawa, dan kebetulan saya sudah mulai mengumpulkan filter ND4 dan
ND8.
Berikut beberapa foto yang saya ambil
di beberapa lokas
i Berburu
sunrise di Pantai Srau
Pantai
Pasir Putih
Pantai
Buyutan
Pantai
Klayar
Wisatanesia.com-Pantai
Klayar berada di Kecamatan Donorojo, Kabupaten Pacitan,
Jawa Timur.
Pantai
Klayar Ini berada
sekitar 35 km ke arah barat Kota Pacitan. Pantai
Klayar dapat di capai sekitar 60 menit dari kota pacitan.
di pinggiran Pantai Klayar banyak gundukan yang memiliki ciri khas dari pantai lain yang berada di pacitan.
Pantai berpasir putih ini memiliki keistimewaan di antara celah karang dan deburan ombak yang melambai yang bisa berbunyi seperti seruling laut . Memiliki pasir putih dan air berwarna biru yang menyenangkan untuk dikunjungi dan di nikmati. Di samping itu juga ada air mancur alam .
Air mancur ini terjadi karena gelombang tekanan udara di laut yang menghantam batu batuan berongga. ketinggian air mancur yang dapat mencapai sekitar 10 meter dan bisa menghasilkan gerimis dan embun air laut yang oleh masyarakat sekitar diyakini memiliki kualitas khusus sebagai obat awet muda.
Wisata Indonesia Surga Dunia
di pinggiran Pantai Klayar banyak gundukan yang memiliki ciri khas dari pantai lain yang berada di pacitan.
Pantai berpasir putih ini memiliki keistimewaan di antara celah karang dan deburan ombak yang melambai yang bisa berbunyi seperti seruling laut . Memiliki pasir putih dan air berwarna biru yang menyenangkan untuk dikunjungi dan di nikmati. Di samping itu juga ada air mancur alam .
Air mancur ini terjadi karena gelombang tekanan udara di laut yang menghantam batu batuan berongga. ketinggian air mancur yang dapat mencapai sekitar 10 meter dan bisa menghasilkan gerimis dan embun air laut yang oleh masyarakat sekitar diyakini memiliki kualitas khusus sebagai obat awet muda.
Wisata Indonesia Surga Dunia
Kamis, 26 Januari 2012
Pulau Gili dan Noko
Pulau Gili dan Noko Jadi Objek Wisata
Menurut dia, mereka yang rata-rata penduduk asli Pulau Bawean yang selama ini tinggal dan menetap di Malaysia dan Singapura itu menginap di Pulau Gili Timur. Pagi harinya mereka berjalan kaki menuju Pulau Noko. Pulau yang seluruh permukaannya itu berupa pasir putih tersebut bisa diseberangi pejalan kaki jika permukaan air laut sedang surut.
Pulau Noko yang berjarak kurang dari satu mil laut itu selama ini tidak berpenghuni sehingga para wisatawan bisa bermain pasir putih sepuasnya di pulau yang berada di tengah-tengah Laut Jawa itu.
Ramainya Pulau Gili dan Pulau Noko itu tak seperti biasanya. Pada hari-hari biasa, hanya ada beberapa perahu kelotok milik para nelayan yang melayani warga Pulau Gili untuk berbelanja ke Pulau Bawean.
Itu pun hanya pada pagi hari antara pukul 06.30 hingga 09.00 WIB. Selebihnya, warga Pulau Bawean yang hendak menuju Pulau Gili harus mencarter perahu kelotok dengan tarif Rp50 ribu untuk sekali jalan.
Namun Lebaran tahun ini ramai sekali, bahkan warga Dusun Pamona, Desa Sidogedungbatu, Kecamatan Sangkapura, Pulau Bawean, menyediakan lahan parkir untuk kendaraan para wisatawan lokal yang hendak menuju ke Pulau Gili Timur dan Pulau Noko.
Ramainya kunjungan wisatawan lokal itu menjadi berkah tersendiri bagi para nelayan di Pulau Gili Timur. “Kebetulan sekarang ikan lagi sepi. Ini menjadi penghasilan tersendiri bagi kami,” kata Agung menuturkan.
Sedekah Bumi Betiring
Rabu
(26/11), ratusan warga Dusun Betiring, Desa Banjarsari, Gresik menggelar ritual
sedekah bumi. Kendati sudah ratusan tahun digelar, tapi tetap menarik dan berpotensi
dijadikan objek wisata.
Ritual diawali Kamis (20/11) malam saat itu, kaum laki-laki melaksanakan ’nyekar’ ke makam Kiai Ageng Betiring dan Makam Kanjeng Sunan Giri berada di Komplek Pemakaman Sunan Giri. Dilanjutkan ‘nyekar’ ke komplek makam leluhur yang diberi nama Kulahan.
Hubungan Kiai Ageng Betiring dengan Sunan Giri adalah sebagai abdidalem sekaligus penasehat. Konon beliau mendapat tugas menyiarkan agama Islam di beberapa tempat di Gresik. Bahkan, saat perang dengan Kerajaan Brawijaya, Kiai Ageng Betiring melatih warga desa sekitar menjadi prajurit.
Kemudian, Rabu pagi sekitar pukul 06.00 WIB dengan arak tabuhan 'bende', pusaka yang berupa gong kecil, oleh Ki Priambodo, 65, sesepuh desa untuk mengumpulkan masyarakat desa. Setelah berkumpul, Pri -begitu sesepuh itu dipanggil- membuka payung pusaka. Payung dan bende diarak berkeliling kampung sambil membaca Sholawat Nabi yang dikahiri di lokasi hajatan, perempatan Betiring.
Siangnya, sekitar pukul 09.00 WIB, setiap kepala keluarga mengeluarkan aneka jajanan dari hasil bumi yang dihias di ancak. Ancak-ancak yang jumlah sekitar 500 tersebut dijajar dari empat penjuru mata angin di perempatan Dusun Betiring. Di setiap jalurnya, tertata dua baris ancak. Di tengahnya duduklah pemilik dengan tikar seadanya.
Sekilas memang seperti ritual sedekah bumi biasa. Ada jajanan dihadiri para pejabat muspida hingga muspika. Ada sambutan bergantian dan dilanjutkan dengan tukar jajanan yang dibawa para warga sebagai tanda syakur kepada Allah SWT. Nmaun, bila ditelaah secara seksama ritual warga Betiring tersebut berpotensi untuk dijadikan objek wisata.
Keunggulannya, kendati digelar ratusan tahun lalu, namun tetap terjadi nilai history budayanya. Selain jajanan hasil bumi yang disuguhkan punya keunikan dan kekhasan, ritual tersebut juga merupakan bagian dari peninggalan Bupati Gresik pertama, Kanjeng Ngabehi Tumenggung Pusponegoro (1617 Masehi).
Ki Priambodo menurturkan, konon ritual itu ada sebelum bende dan payung. Kian bernilai sejarah, setelah ada bende dan payung peninggalan bupati pertama. Kbetulan bende dan payung itu melambangkan kesejahteraan warga Betiring. Ritula itu sendiri bertujuan sebagai rasa syukur atas melimpahnya hasil bumi warga Betiring yang didominasi bertani dan berkebun.
"Pusaka bende dan payung berumur sekitar 290 tahun. Sebagai rasa terimakasih hadiah dari bupati itu kami pakai sebagai bagian kegiatan sedekah bumi," kenang Pri.
Adapun keunikan dan kekhasan lain adalah ancak. Ancak terbuat dari kayu sebagai lambang papan. Kemudian, setiap ancak ada empat rengginang (kerupuk dari ketan) sepanjang 1 meter yang dibentuk menyerupai tanduk kerbau yang diletakkan di empat pojok yang dilambangkan kesuburan. Sebab, kala dulu masyarakat Betiring membajak sawahnya dengan menggunakan kerbau.
Ancak itu berisi beraneka makanan dan minuman yang bersumber pada hasil alam. Aneka buah dan jajanan anak-anak dapat ditemui. Karena banyaknya jajanan, ancak tersebut perlu diusung 2 orang. Banykanya jananan tersebut nilai semua ancak hingga sampai Rp1 juta dan paling rendah Rp300 ribu.
“Setiap rancangan ancak menghabiskan dana sekitar Rp300 ribu hingga Rp500 ribu. Bahkan ada yang ancaknya menghabiskan dana lebih dari Rp1 juta,” aku Moh Qosim, 41, warga RT II Betiring.
Kendati habis hingga jutaan, ritual yang jatuh setiap penanggalan 27 Dulkangidah menjadi hari yang istimewa bagi warga Betiring. Di hari yang diyakini keramat itu tak satupun warga turun ke sawah. Bahkan beberapa warga yang bekerja dinas, memilih meliburkan diri.
Hal itulah yang membuat Bupati Robbach Ma'sum mengusulkan supaya ritual tersebut dikonsep yang lebih baik. Nantinya dapat dijual sebagai objek wisata kebangaan Gresik. "Ritual ini dapat dijadikan sebagai objek wisata," katanya dalam sambutannya.
Ritual diawali Kamis (20/11) malam saat itu, kaum laki-laki melaksanakan ’nyekar’ ke makam Kiai Ageng Betiring dan Makam Kanjeng Sunan Giri berada di Komplek Pemakaman Sunan Giri. Dilanjutkan ‘nyekar’ ke komplek makam leluhur yang diberi nama Kulahan.
Hubungan Kiai Ageng Betiring dengan Sunan Giri adalah sebagai abdidalem sekaligus penasehat. Konon beliau mendapat tugas menyiarkan agama Islam di beberapa tempat di Gresik. Bahkan, saat perang dengan Kerajaan Brawijaya, Kiai Ageng Betiring melatih warga desa sekitar menjadi prajurit.
Kemudian, Rabu pagi sekitar pukul 06.00 WIB dengan arak tabuhan 'bende', pusaka yang berupa gong kecil, oleh Ki Priambodo, 65, sesepuh desa untuk mengumpulkan masyarakat desa. Setelah berkumpul, Pri -begitu sesepuh itu dipanggil- membuka payung pusaka. Payung dan bende diarak berkeliling kampung sambil membaca Sholawat Nabi yang dikahiri di lokasi hajatan, perempatan Betiring.
Siangnya, sekitar pukul 09.00 WIB, setiap kepala keluarga mengeluarkan aneka jajanan dari hasil bumi yang dihias di ancak. Ancak-ancak yang jumlah sekitar 500 tersebut dijajar dari empat penjuru mata angin di perempatan Dusun Betiring. Di setiap jalurnya, tertata dua baris ancak. Di tengahnya duduklah pemilik dengan tikar seadanya.
Sekilas memang seperti ritual sedekah bumi biasa. Ada jajanan dihadiri para pejabat muspida hingga muspika. Ada sambutan bergantian dan dilanjutkan dengan tukar jajanan yang dibawa para warga sebagai tanda syakur kepada Allah SWT. Nmaun, bila ditelaah secara seksama ritual warga Betiring tersebut berpotensi untuk dijadikan objek wisata.
Keunggulannya, kendati digelar ratusan tahun lalu, namun tetap terjadi nilai history budayanya. Selain jajanan hasil bumi yang disuguhkan punya keunikan dan kekhasan, ritual tersebut juga merupakan bagian dari peninggalan Bupati Gresik pertama, Kanjeng Ngabehi Tumenggung Pusponegoro (1617 Masehi).
Ki Priambodo menurturkan, konon ritual itu ada sebelum bende dan payung. Kian bernilai sejarah, setelah ada bende dan payung peninggalan bupati pertama. Kbetulan bende dan payung itu melambangkan kesejahteraan warga Betiring. Ritula itu sendiri bertujuan sebagai rasa syukur atas melimpahnya hasil bumi warga Betiring yang didominasi bertani dan berkebun.
"Pusaka bende dan payung berumur sekitar 290 tahun. Sebagai rasa terimakasih hadiah dari bupati itu kami pakai sebagai bagian kegiatan sedekah bumi," kenang Pri.
Adapun keunikan dan kekhasan lain adalah ancak. Ancak terbuat dari kayu sebagai lambang papan. Kemudian, setiap ancak ada empat rengginang (kerupuk dari ketan) sepanjang 1 meter yang dibentuk menyerupai tanduk kerbau yang diletakkan di empat pojok yang dilambangkan kesuburan. Sebab, kala dulu masyarakat Betiring membajak sawahnya dengan menggunakan kerbau.
Ancak itu berisi beraneka makanan dan minuman yang bersumber pada hasil alam. Aneka buah dan jajanan anak-anak dapat ditemui. Karena banyaknya jajanan, ancak tersebut perlu diusung 2 orang. Banykanya jananan tersebut nilai semua ancak hingga sampai Rp1 juta dan paling rendah Rp300 ribu.
“Setiap rancangan ancak menghabiskan dana sekitar Rp300 ribu hingga Rp500 ribu. Bahkan ada yang ancaknya menghabiskan dana lebih dari Rp1 juta,” aku Moh Qosim, 41, warga RT II Betiring.
Kendati habis hingga jutaan, ritual yang jatuh setiap penanggalan 27 Dulkangidah menjadi hari yang istimewa bagi warga Betiring. Di hari yang diyakini keramat itu tak satupun warga turun ke sawah. Bahkan beberapa warga yang bekerja dinas, memilih meliburkan diri.
Hal itulah yang membuat Bupati Robbach Ma'sum mengusulkan supaya ritual tersebut dikonsep yang lebih baik. Nantinya dapat dijual sebagai objek wisata kebangaan Gresik. "Ritual ini dapat dijadikan sebagai objek wisata," katanya dalam sambutannya.
LETAK GEOGRAFIS
LETAK GEOGRAFIS :
Kecamatan Panceng
terletak di wilayah Kab. Gresik bagian utara yang berjarak ± 53 Km dari kota
Gresik, adapun sebagian besar wilayah Kec. Panceng merupakan dataran tinggi
dengan ketinggian antara 50 - 100 meter diatas permukaan air laut (dpl).
LUAS WILAYAH :
Luas wilayah Kec.
Panceng ± 5.273.661 m2 dengan jumlah penduduk yaitu laki-laki : 25.583 dan
perempuan : 23.525 dengan total keseluruhan adalah 47.348 jiwa dan sebagian
besar wilayah Kec. Panceng merupakan daerah pertanian dan dataran tinggi
pegunungan kapur dengan iklim sedang yang berkisar antara 20 s/d 35 ºC.
KEADAAN ALAM :
Wilayah kecamatan
panceng dapat dibagi menjadi 2 (dua) bagian wilayah yaitu wilayah pesisir yang
terletak di Panceng sebelah utara dengan sebagian besar wilayahnya berupa
daerah pantai dan sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai
nelayan sedangkan untuk wilayah Panceng bagian selatan berupa dataran sedang
dan tinggi yang sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai
petani.
PENGGUNAAN TANAH :
Penggunaan lahan
diwilayah Kec. Panceng sebagian besar berupa lahan pertanian tadah hujan dan
daerah pegunungan yang sebagian dimanfaatkan sebagai pertambangan batu kapur
sedangkan sisanya berupa lahan pemukiman, perkebunan dan tambak rakyat, selain
hal tersebut diatas terdapat juga pengembangan dan pengelolaan objek wisata
seperti pantai pasir putih dalegan dan petilasan sunan kalijaga.
Wisata Gresik
Wisata Segoro Indah
Dalegan Gresik Mirip Pantai Kuta Bali
Kawasan Wisata Segoro Indah Dalegan (Wisid) di Desa Dalegan, Kecamatan Panceng, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, merupakan objek wisata alam yang menawarkan keindahan layaknya Pantai Kuta, Bali. Pasir putihnya yang lembut dan air laut jernih dengan ombak "flat", membuat para pengunjungnya betah berlama-lama, meskipun hanya sekedar duduk-duduk sambil ngobrol, berada di objek wisata yang berada di pantura (pantai utara) Laut Jawa ini. Tiap harinya tidak kurang dari 500 pengunjung, baik keluarga maupun muda-mudi menikmati udara segar Pantai Dalegan. Lebih-lebih pada musim liburan, tiap harinya bisa mencapi sepuluh ribu pengunjung. Menurut Kepala Desa Dalegan, Muzarodin, awalnya pantai dengan luas lahan sekitar 3,5 hektare itu hanya pantai biasa yang tidak dibuka untuk umum. Hanya dinikmati warga sekitar saja. Namun, lama-kelamaan, dari mulut kemulut, pengunjung dari berbagai daerah, khususnya Jatim, terpikat dan merasa nyaman dengan sajiaan keindahan Pantai Dalegan. Sejak itulah tahun 2003, warga desa setempat mempunyai gagasan membuka pantai, sebagai tempat wisata umum. Bahkan, di hari-hari tertentu Wisid menjadi tempat gelar budaya pesisir, kompetisi olah raga, maupun karnaval budaya. Dibukanya pantai wisata Dalegan ini berdampak pada kemajuan perekonomian masyarakat desa setempat.
Sebagian di antara mereka menggantungkan mata pencaharian dengan membuka tempat usaha di sekitar lokasi wisata, seperti warung makan, menyewakan pelampung, menjual cendera mata, yang tempat usahanya tiap bulannya ongkos sewa dipatok Rp 50 sampai Rp 75 ribu.
Tidak hanya itu, kontribusi yang disumbangkan dari hasil pengelola pantai menjadikan Desa Dalegan berkembang sebagai desa mandiri, tidak seperti desa desa lainnya.
Dari Pendapatan Asli Desa (PADes), Pemerintah Desa (Pemdes) Dalegan mampu menyumbang fasilitas dan anggaran untuk lembaga-lembaga formal maupun informal di daerahnya.
Ia mencontohkan, pemberian subsidi 28 lembaga pendidikan yang tidak mendapat bantuan dari pemerintah, telah diberi satu set perangkat komputer.
Termasuk juga dengan organisasi olah raga seperti sepak bola dan voli yang ada di Desa Dalegan, per bulannya juga diberi bantuan. Semua anggaran tersebut dialokasikan dari PADes Dalegan.
Tidak hanya itu, pembangunan infrastruktur maupun anggaran untuk biaya operasional desa seperti gaji perangkat desa, tidak hanya menggantungkan Alokasi Dana Desa (ADD) dari Pemkab Gresik, semuanya juga disokong PADes. Besarnya PADes Dalegan disumbang dari pendapatan Wisid, sekitar Rp400 juta per tahunnya," katanya mengungkapkan.
"Anti-Investor" Lebih lanjut ia menjelaskan, pendapatan Wisid tidak masuk dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Gresik, semuanya masuk ke PADes. Hanya 10 persen dari tiket masuk dan 15 persen dari pendapatan parkir disetorkan ke Pemkab Gresik untuk pembayaran pajak, nilainya sekitar Rp 5 juta hingga Rp 7 juta per bulannya. Atas dasar itulah, warga di desa setempat menolak tawaran pemerintah untuk mengembangkan Wisid dengan kerja sama investor.
Mereka mengkhawatirkan, apabila Wisid dikelola oleh investor, tentunya bakal menjadi wisata elite layaknya Wisata Bahari Lamongan (WBL), yang hanya bisa dinikmati oleh kalangan menengah ke atas. Kendati masyarakat pesisir menolak pengembangan pantai wisata Dalegan oleh pihak investor, namun Pemkab Gresik tetap berupaya melakukan pendekatan dengan warga, demi untuk menata pantai lebih baik. Sekretaris Daerah Kabupaten (Sekdakab) Gresik, Husnul Huluq bahkan telah mengkonsep pengembangan wisata Pantai Dalegan dengan memperluas lahan dari 3,5 ha menjadi 9 ha, bahkan telah membentuk tim panitia tujuh untuk proses pembebasan lahan.
Warga pesisir sendiri tetap menolak pengembangan wisata pantai karena mereka khawatir bakal tergusur. Pantai yang berjarak sekitar 60 km Barat Laut Kota Surabaya atau 25 km dari Kota Gresik ini. Berada di jalur Pantura lama, yaitu jalan Daendeles dari gresik hingga Tuban, sehingga sepanjang perjalanan terutama di Kota Kecamatan Sidayu banyak dijumpai bangunan kuno, peninggalan penjajah Belanda.
Selepas Kota Sidayu, masuk kawasan Dalegan melewati tambak bandeng maupun udang, sepanjang 3 km dari jalan Pantura Daendeles menuju Dalegan bisa ditempuh dengan angkutan pedesaan maupun ojek.
Bila ditempuh dari terminal Osowilangun Surabaya melintasi Pantura Daendeles ongkosnya Rp8.000/orang, sementara angkutan pedesaan Rp 3.000,00/orang. Sedangkan ojek, tergantung tawar menawar antara Rp 5.000,00 dan Rp 10.000,00 sekali jalan.
Rabu, 25 Januari 2012
Nikmati Deburan Ombak Pantai Tambakrejo
Nikmati Deburan Ombak Pantai Tambakrejo
Musim libur lebaran telah tiba,
tentu aku manfaatkan untuk berwisata. aku mengunjungi salah satu tempat wisata
di Blitar Jawa timur. Pantai Tambakrejo namanya, ya.. salah satu perkampungan
nelayan yang ada di selatan Blitar yang menjadi ikon Kabupaten Blitar setelah
Taman Makam Bung Karno (TMBK)
Pantai Tambakrejo berada di
kecamatan Wonotirto, desa Tambakrejo, Kabupaten Blitar. Untuk bisa mencapai
pantai Tambakrejo perjalanan yang aku tempuh kurang lebih 30 km dari pusat kota
Blitar. Jalan menuju pantai juga terbilang nyaman, meskipun tidak terlalu lebar
jalan sudah ber-aspal. Jalanan berkelok, berbukit, suasana pedesaan, menambah
indahnya perjalanan saya. Dan dengan membayar Rp2 ribu/orang anda akan di
suguhi keindahan alam yang luar biasa indahnya.
Hamparan pasir putih yang membentang
sepanjang satu kilometer, dan debur ombak pantai selatan yang cukup deras
seakan kita di manjakan oleh keindahan laut birunya. Buat anda yang datang ke
tempat ini dapat melakukan aktifitas seperti mandi di tepi laut, memancing,
berjemur, atau hanya menikmati keindahannya. Fasilitas umum di pantai
Tambakrejo juga terbilang lengkap, mulai tempat parkir kendaraan, tempat ibadah,
air bersih juga tersedia di sana. Pantai ini sangat ramai di kunjungi wisatawan
pada musim liburan, akan tetapi tak jarang pula pada hari minggu pun juga bayak
yang datang ke pantai ini. Bagi anda yang ingin menginap, di tempat ini tidak
ada penginapan. Khusus para pengunjung yang ingin mandi di pantai agar
berhati-hati, mengingat ombak laut cukup deras, dan papan peringatan ini sudah
terpampang jelas pada saat anda memasuki wilayah pantai.
Pasir Putih Pantai Tambakrejo
Kegiatan tahunan yang di miliki
pantai ini adalah setiap bulan Suro, tepatnya 1 Suro (1 Muharam) warga desa
setempat melakukan larung sesaji sebagai tanda syukur kepada Tuhan atas rezeki
dan keselamatan yang di terima para nelayan desa setempat, memohon agar desa
tersebut di jauhkan dari mala bahaya. Pada saat larung sesaji pengunjung berdatangan
dari berbagai penjuru daerah bahkan tidak sedikit yang datang dari luar kota,
jumlahnya pun bias mencapai ribuan orang.
Jika anda ingin menikmati hasil laut
pantai Tambakrejo, anda juga dapat membeli ikan segar dari nelayan yang pulang
melaut, jenis ikan yang di tangkap nelayan sangat beragam, ada ikan kakap,
tuna, layur, tongkol, dan tak jaarang pula para nelayan membawa ikan hiu. Atau
anda ingin menikmati ikan bakar khas Tambakrejo? Anda juga dapat membelinya di
pasar ikan yang tempatnya tak jauh dati pantai. Anda bisa menikmati suasana
pantai dengan santapan ikan bakar di tepi pantai.
deburan Ombak di Batu Karang
Rute perjalanan dari kota Blitar
menuju pantai Tambakrejo adalah menggunakan angkutan umum (angkutan pedesaan).
Dari terminal bus kota Blitar naik angkutan pedesaan dengan tujuan Gawang
(pantai Tambakrejo). Perjalanan kurang lebih memakan waktu 1-2 jam. Memang agak
lama di karenakan angkutan tersebut lebih sering menunggu penumpang selama
perjalanan. Angkutan ini beroperasi mulai jam 3 pagi sampai jam 3 sore.
Sedangkan dari Gawang (pantai Tambakrejo) angkutan juga sampai dengan jam 3
sore, selepas jam tersebut akan sangat sulit untuk mendapatkan angkutan. Untuk
lebih memudahkan nya, anda bisa membawa kendaraan pribadi atau menyewa
kendaraan yang ada di seputaran kota Blitar.
Biaya Perjalanan :
Surabaya – Blitar : Rp. 18.500,-
(Kereta Api)
Surabaya (terminal Purabaya)– Blitar
(bus mini, patas) : Rp. 50.000,-
Stasiun Blitar – terminal bus,
Blitar (angkot) : Rp. 3.000,-
Terminal Blitar – Gawang, Tambakrejo
(angkutan desa) : Rp. 15.000,-
Restribusi masuk wilayah pantai :
Rp. 2.000,- / orang
Blitar
Percandian Majapahit
di Gandusari
Ekspedisi kali ini cukup berat dan melelahkan. Bukan terjalnya medan ataupun jauhnya jarak yang memberatkan ekspedisi kami, melainkan kerelaan kami untuk melakukan ekspedisi ini dengan berdua saja. Kondisi ini terjadi karena para travellers tengah menempuh pendidikan di kota-kota yang berbeda, sehingga sulit untuk berkumpul.
Lokasi yang kami tuju kali ini adalah Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar. Kecamatan yang terletak di timur laut Kodya Blitar ini memang terkenal dengan keindahan panorama alamnya, seperti panorama alam sirah kencong dan cuban wilis yang begitu memukau. Namun jika mau menelusurinya dengan lebih dtail, sebenarnya Kecamatan Gandusari memiliki peninggalan-peninggalan sejarah yang patut untuk dikenal dan dilestarikan. Berikut ini peninggalan-peninggalan yang telah kami telusuri:
Candi kotes terletak di Desa Sukosewu. Candi ini tediri dari sebuah candi induk dan sebuah altar persembahan. Arsitektur candi ini cukup unik, jika di perhatikan dengan seksama bentuk candi ini tidak simetris.
Selain bangunan utama, di kawasan Candi Kotes juga terdapat beberapa arca, batuan penyusun candi, lingga, dan yoni. Sayang sekali kondisi arca-arca di kawasan Candi Kotes telah rusak. Umumnya tinggal tersisa bagian kaki arca.
Kami sempat berjumpa dengan juru kunci candi kotes sehingga kami dapat mencari informasi lebih dtail tentang candi ini. Menurut beliau candi ini adalah peninggalan Kerajaan Majapahit pada masa pemerintahan Raden Wijaya, dari beliau pula kami mendapat informasi tentang Situs Sukosewu yang terletak tidak jauh dari candi ini. Setelah memperoleh informasi yang cukup kami pun melanjutkan perjalanan
Makam Bung Karno
|
Siapa yang
tidak mengenal Bung Karno, Sang Proklamator RI atau dikenal juga dengan Putra
Sang Fajar. Semangat Bug Karno dalam memproklamirkan kemerdekaan RI patut
diberikan penghargaan yang tinggi. Berharap, dengan berziarah ke Makam Bung
Karno setidaknya kita bisa meniru semangat beliau dalam kehidupan masa kini.
Sebelum ke Makam Bung karno, kami menuju Paseban Anjungan untuk sekedar bersantai. Di belakang Paseban Anjungan terdapat pusat infromasi tentang potensi wisata dan perdagangan Kota Blitar, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Kediri dan Kabupaten Nganjuk ada disini. Sehingga untuk mendapatkan informasi, wisatawan bisa menghubungi pemandu wisata atau bertanya dengan para petugas yang ada.
Sebelum ke Makam Bung karno, kami menuju Paseban Anjungan untuk sekedar bersantai. Di belakang Paseban Anjungan terdapat pusat infromasi tentang potensi wisata dan perdagangan Kota Blitar, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Kediri dan Kabupaten Nganjuk ada disini. Sehingga untuk mendapatkan informasi, wisatawan bisa menghubungi pemandu wisata atau bertanya dengan para petugas yang ada.
Perjalanan ke Makam Bung Karno kami lanjutkan dengan
berjalan kaki. Walaupun siang itu cuaca cukup panas, sedikit terhibur dengan
pernak-pernik souvenir yang dijual disepanjang jalan. Dari mulai kerajinan
kayu, batu marmer, anyaman bambu dan lain-lain tersedia semua disini. Tinggal
menyesuaikan kondisi kantong yang ada, anda akan puas untuk membawa souvenir
pulang ke rumah.
Makam ini terletak di Kelurahan
Bendongerit, Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar. Tempat megah ini berada di
Jalan Slamet Riyadi, sekitar empat kilometer dari kota Blitar. Diresmikan
Presiden RI Megawati Soekarno Putri pada tanggal 3 Juli 2004. Bertujuan supaya
ide, gagasan, konsep dan pemikiran Bung Karno yang merupakan kekayaan
intelektual dan menjadi aset negara yang disejajarkan dengan pemikiran ahli dan
ideologi yang berkembang di dunia bisa dipahami segala lapisan masyarakat untuk
melanjutkan perjuangan bangsa dalam mewujudkan cita-citanya di masa mendatang.
Melihat
gerbangnya yang kokoh, sudah bisa memberikan gambaran bahwa telah dimakamkan
seorang tokoh besar di Republik ini. Suasana di sekitar Pusara sang Proklamator
tidak terlalu ramai, terlihat beberapa orang yang berdoa di depan Pusara Bung
Karno. Tak lupa kami pun mendoakan supaya arwah beliau diberikan tempat yang
terbaik di sisi Tuhan Yang Maha Kuasa.
Obyek wisata “Religi” yang bernuansa kebangsaan
yang ada di Kota Blitar, sekaligus sebagai obyek wsiata andalan dari sekian
banyak daya tarik wisata di Kota Blitar, sehingga tidak heran apabila Makam
Bung Karno selalu dijadikan tujuan utama bagi para turis yang datang di Blitar.
Hal ini senada dengan semboyan kota ini “Kridho Hangudi Jaya “ ( Bekerja Keras
Untuk Mencapai Kejayaan ) dan motto “ Blitar Kota Patria “ yang merupakan
kepanjangan dari Blitar Kota Pembela Tanah Air yang Tertib, Rapi, Indah dan
AmanSeperti Guruh Soekarnoputra yang suatu ketika tampak hikmat berdoa di atas pusara sang ayah tercinta. Dua tangannya terbuka menghadap langit. Di sampingnya, Direktur Pendidikan Kesetaraan Depdiknas, Ella Yulaelawati, Ph.D juga tampak khusuk mengucap doa. Guruh tentunya memang tidak sedang berwisata ziarah, karena itu makam bapak kandungnya. Dia murni sedang berziarah. Namun bagi masyarakat umum, makam Bung Karno ini, boleh disambangi.
Makam sang Putra Fajar, Soekarno terletak di kelurahan Bendogerit, Kecamatan Sanan Wetan Kota Blitar, Jawa Timur. Makam Bung Karno, didampingi pada kiri kanan oleh Makam Ayahanda “R. Soekeni Sosrodihardjo” dan Makam Ibunda “Ida Aju Njoman Rai”.Memasuki Makam ini dimulai dari sebuah gapura Agung yang menghadap ke selatan. Bangunan utama disebut dengan Cungkup Makam Bung Karno. Cungkup Makam Bung Karno berbentuk bangunan Joglo, yakni bentuk seni bangunan jawa yang sudah dikenal sejak dahulu. Cungkup Makam Bung Karno diberi nama Astono Mulyo. Diatas Makam diletakkan sebuah batu pualam hitam bertuliskan :Disini dimakamkan Bung Karno Proklamator Kemerdekaan Dan Presiden Pertama Republik Indonesia. Penyambung Lidah Rakyat Indonesia.
“Saya sangat bersyukur karena seluruh jejak langkah bapak Bangsa terekam di sini. Begitu masuk dan melangkah ke dalam halaman kompeks makam dan perpustakaan seolah kesadaran kita dibuka untuk terus mencintai bangsa ini sampak hayat di kandung badan. Semangat patriotisme dan nasionalisme kita benar-benar tergugah. Apalagi melihat bendera pusaka asli hasil jahitan tangan ibu fatmawati,” ujar Ella.
Selain makam dalam kompleks Museum Bung Karno juga terdapat perpustakaan bertaraf internasional yang terletak disebelah selatan menyatu dengan kompleks Makam Bung karno yaitu di Jalan Kalasan no. 1 Blitar. Perpustakaan Proklamator BK dikelola oleh Perpustakaan Nasional RI melalui UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno (PPBK) di Kota Blitar. Di samping bangunan Perpustakaan, PPBK ini diisi dengan 2 karya seni, yang berupa Patung Bung Karno yang terletak di tengah gedung A lantai 1, serta dinding relief berisi perjalanan hidup Bung Karno yang membentang di pinggir kolam dari arah perpustakaan ke arah makam.
Relief itu akan bercerita tentang Bung Karno di masa muda, di masa perjuangan, serta di masa tuanya. Kehadiran Perpustakaan Proklamator Bung Karno di Kota Blitar merupakan ikon yang strategis, selain menambah sumberdaya yang ada di Kota Blitar juga strategis dalam rangkaian mewujudkan nation and character building Indonesia. Fungsi Perpustakaan Proklamator Bung Karno sebagai pusat studi nantinya akan memberikan sumbangan pada pembangunan manusia Indonesia, dengan kontribusi berupa “wisdom of the past” yang digali dari gagasan Bung Karno, dari hasil kajian pada umumnya. Tokoh yang lahir pada 6 Juni 1901 di Gang Pandean Surabaya bagaimana perjuangannya melahirkan bangsa bernama Indonesia dapat direkam di dua objek wisata itu.
Seluruh areal kompleks dan bangunan megah itu berdiri di atas lahan 1,8 hektare, berada di Kelurahan Bendogerit, Kecamatan Sanawetan, dan berada satu kompleks dengan makam Bung Karno itu, difungsikan sebagai perpustakaan sekaligus mini museum. Kehadiran sarana penunjang ini tentu melengkapi ”keterbukaan” makam presiden pertama RI itu, yang sekarang benar-benar terbuka untuk umum. Artinya, setiap orang yang berziarah ke makam Bung Karno bisa langsung mendekat ke pusara. Kalau toh ada pembatas, bentuknya cuma pagar kayu setinggi lutut yang dipasang secara keliling, berjarak 2,5 meter dari pusara. Pada jam-jam sepi pengunjung, para peziarah diizinkan untuk memasuki pagar ini.
Hal itu sangat berbeda dari empat tahun lalu, yaitu bangunan makam yang berbentuk joglo berukuran besar tersebut tertutup rapat oleh dinding kaca.
Peziarah hanya bisa melihat batu nisan dari luar kaca penyekat. Menurut staf Perpustakaan Proklamator Bung Karno, Budi Kustowo SE, perubahan tata ruang bangunan di makam itu terjadi pada 2001.
Saat negeri ini dipimpin oleh Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Megawati sebagai wapresnya, dinding kaca yang membalut bangunan makam itu dibongkar total. Kini pusara Bung Karno yang diapit oleh makam kedua orangtuanya, R Sukemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai, benar-benar terbuka untuk umum. Artinya, setiap peziarah yang datang ke joglo makam tersebut bisa langsung menyentuh batu nisan.
Sedangkan perpustakaan yang makin menambah megah kompleks makam ini berdiri setahun lalu, tepatnya diresmikan oleh Presiden Megawati (saat itu) pada tanggal 3 Juli 2004. Bangunannya cukup megah, terdiri atas empat gedung bertingkat yang berjajar dua secara berhadap-hadapan, dipisahkan oleh pelataran dan kolam yang tertata secara memanjang.
Setiap pengunjung bisa memasuki perpustakaan ini secara gratis, dan tentu saja akan merasa nyaman. Sebab, bangunan ini didesain secara indah dan full AC. Kalaupun di ruangan itu kita tidak sempat membaca-baca buku, paling tidak bisa melihat gambar-gambar dan barang – barang bersejarah peninggalan Bung Karno semasa perjuangan.
Tak cuma yang realistis, hal – hal yang berbau magis dan mistis terdapat pula di sini. Antara lain kopor bersejarah, dan lukisan gambar Bung Karno yang bisa bergetar sendiri.
Lewat pengeras suara ruangan, terkadang operator juga memutar pidato Sang Proklamator yang terkenal sebagai orator.
Budi Kustowo menjelaskan, Gedung Perpustakaan Proklamator ini terdiri atas beberapa bagian. Koleksi khusus berada di Gedung A lantai 1 timur, mengoleksi otobiografi Bung Karno, buku-buku karya Bung Karno, serta buku-buku tentang Bung Karno. Masih di gedung yang sama, terdapat juga kamus, ensiklopedi, indeks, peta, dan lain-lain.
Gedung A lantai 1 barat digunakan untuk tempat koleksi foto, lukisan, dan peninggalan Bung Karno. Lantai 2 untuk mengoleksi buku-buku yang berkaitan dengan karya umum, filsafat, agama, ilmu sosial, bahasa, ilmu murni, ilmu terapan/teknologi, kesenian/olahraga, kesusasteraan, sejarah, dan geografi. Di ruangan itu juga terdapat beberapa terbitan secara berkala, seperti surat kabar, majalah, dan buletin.
Sedangkan koleksi buku-buku karangan orang luar negeri tentang Indonesia terbitan berbagai negara bisa dijumpai di Gedung B. Ruang audio visual di Gedung C, digunakan untuk menikmati koleksi audio dan visual dalam bentuk CD dengan kapasitas 100 orang.
Ruang seminar di Gedung C, untuk seminar talk show, pelatihan singkat, presentasi, dan sebagainya berkapasitas 50 orang. Satu tempat yang hingga kini belum terbangun, namun sudah masuk dalam rancangan adalah Amphi Theatre. Panggung terbuka di samping perustakaan ini diproyeksikan sebagai tempat penampilan karya budaya dan kesenian anak bangsa.
Tanjung Kodok
tanjung
kodok
|
Tanjung Kodok Beach
|
Wisata pesisir lamongan adalahTempat yang alami seperti pasir pantai Kodok yakni batu yang menyerupai kodok pada 11 Juni 1983, lokasi itu di jadikan penelitian NASA Amerika tentang gejala astronomi gerhana matahari total. Sekarang tempat itu dibangun sebagai tempat wisata megah, besar dan profesional dengan campuran konsep wisata bahari Ancol Jakarta, Singapura dan pantai Jepang
Wisata Bahari Lamongan
Wisata Bahari Lamongan
Kabupaten Lamongan - Jawa Timur - Indonesia
Foto
1 dari 1
Wisata Bahari Lamongan
Wisata
Bahari Lamongan
|
A. Selayang
Pandang
Melancong ke Wisata Bahari Lamongan
(WBL), Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, sungguh menyenangkan.
Setidaknya ada kesan tersendiri jika seseorang telah mengunjunginya. Hamparan
pasir putih yang luas, rerimbunan pohon aren, dan pohon kelapa di sepanjang
bibir pantainya, membuat obyek wisata andalan Lamongan ini cocok sebagai tempat
berlibur dan melepas penat bersama keluarga. Kawasan WBL merupakan hasil
perpaduan aspek-aspek nature (alam), culture (budaya), dan architecture
(bangunan) yang bernuansa global tapi tetap mempertahankan ciri khas lokal.
Kehadiran WBL merupakan penyeimbang
wahana wisata di Kabupaten Lamongan yang telah ada sebelumnya, yaitu Pantai
Tanjung Kodok dan Gua Istana Maharani yang terletak di pesisir
bagian utara Pulau Jawa. WBL berdiri di atas tanah seluas 17 hektar dengan
berbagai fasilitas yang siap memanjakan pengunjung dengan konsep one stop
service. WBL mulai terkenal sampai ke luar Lamongan, bahkan hingga ke luar
Provinsi Jawa Timur sejak pembukaan perdananya pada tanggal 14 November 2004
yang diresmikan oleh Bupati Lamongan, H. Masyfuk, S.H.
Kini, obyek wisata yang merupakan
pengembangan tempat wisata Pantai Tanjung Kodok tersebut, menjadi salah satu
katalog agenda wisata keluarga di Jawa Timur. Karena itu, selain Jawa Timur Park di Batu, Malang, warga Jawa Timur
juga bisa memilih WBL sebagai salah satu tempat tujuan wisata.
Daya tarik WBL tidak hanya terletak
pada fasilitas wisata yang lengkap dengan pemandangan lepas pantai Laut Jawa,
namun juga pada nilai sejarahnya. Pada tahun 1936, tidak jauh dari lokasi WBL,
kapal penumpang Van Der Wijk tenggelam pada kedalaman sekitar 45 meter
di pantai utara. Almarhum Buya Hamka pernah menimba inspirasi dari daerah
tersebut guna menulis roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk yang
terkenal itu.
Bisa dipastikan, daya tarik WBL semakin
memikat saat perluasan tahap kedua kawasan tersebut rampung. Perluasan WBL mengembangkan kawasan wisata Gua Istana
Maharani yang terletak 300 meter sebelah selatan area WBL. Rencananya, antara
kawasan wisata WBL dan Gua Istana Maharani disatukan dalam satu paket wisata.
Sebagai sarana penghubung, pengunjung nantinya bisa memanfaatkan kereta gantung
yang menghubungkan antara WBL dan Gua Istana Maharani. Kereta gantung ini
merupakan jaringan kereta gantung pertama di Jawa Timur.
B. Keistimewaan
Wisatawan yang berkunjung ke lokasi WBL akan disuguhi panorama pepohonan
rindang yang akan menambah suasana sejuk dan tenang ketika memasukinya. Pintu
masuk WBL dibuat mirip benteng zaman kerajaan kuno. Benteng-benteng tersebut dibuat setinggi 10 meter
sehingga tampak mengesankan. Agar tidak terlihat terlalu angker di depan pintu
masuk dibuat sebuah bangunan modern. Saat masuk, pengunjung akan disambut
dengan patung-patung kodok yang seolah-olah sedang memainkan alat musik.
Keistimewaan WBL lainnya adalah potensi alamnya yang indah, hamparan pasir
pantainya yang putih, gua, dan batu karangnya yang alami.
Rajungan Raksasa
sebagai pintu masuk Wisata Bahari Lamongan
Beberapa wahana yang menjadi unggulan tempat wisata bahari ini, antara lain istana bawah laut, gua insektarium, space shuttle, dan anjungan walisongo. Selain itu, WBL juga ditunjang dengan arena permainan dan arena hiburan lain, seperti rumah kucing, arena ketangkasan, video games, rumah sakit hantu, motor cross, go-kart, galeri keong, galeri kapal, sarang bajak laut, tagada, play ground, space shuttle, mainan semprot air, pantai marina, rumah cowboy, dan food centre, serta kolam renang yang kedalamannya disesuaikan dengan umur. Di area ini terdapat juga permainan kapal yang dikendalikan dari pinggir kolam renang. Kapal kendali ini dihiasi replika bangunan-bangunan terkenal dari berbagai belahan bumi, seperti Patung Liberty di Amerika Serikat, Tembok Besar Cina, dan Gedung Opera di Australia.
Beberapa wahana yang menjadi unggulan tempat wisata bahari ini, antara lain istana bawah laut, gua insektarium, space shuttle, dan anjungan walisongo. Selain itu, WBL juga ditunjang dengan arena permainan dan arena hiburan lain, seperti rumah kucing, arena ketangkasan, video games, rumah sakit hantu, motor cross, go-kart, galeri keong, galeri kapal, sarang bajak laut, tagada, play ground, space shuttle, mainan semprot air, pantai marina, rumah cowboy, dan food centre, serta kolam renang yang kedalamannya disesuaikan dengan umur. Di area ini terdapat juga permainan kapal yang dikendalikan dari pinggir kolam renang. Kapal kendali ini dihiasi replika bangunan-bangunan terkenal dari berbagai belahan bumi, seperti Patung Liberty di Amerika Serikat, Tembok Besar Cina, dan Gedung Opera di Australia.
Bagi wisatawan yang suka bertualang di laut lepas disediakan speed boat
yang siap mengajak pengunjung berputar-putar mengelilingi Laut Jawa. Aneka peralatan
yang tersedia di antaranya adalah banana boat, jetsky, dan bumpers
boat.
Tampak Kolam Renang
dan Hamparan Laut Jawa
C. Lokasi
Lokasi WBL terletak di Jl. Raya Daendels, Desa Paciran, Kecamatan Paciran,
Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur, Indonesia.
D. Akses
Akses menuju lokasi WBL bisa ditempuh dengan kendaraan jenis apapun, karena
letaknya tepat di pinggir jalan pantai utara (pantura). Lokasi WBL dilintasi jalur utama pantai
utara yang menghubungkan Jakarta—Surabaya dan juga dilintasi jalur
Surabaya—Cepu—Semarang, sehingga wisatawan yang menggunakan mobil pribadi
melewati kedua jalur tersebut bisa langsung menuju lokasi WBL.
Sedangkan bagi wisatawan yang berangkat dari Terminal Bungurasih Surabaya
dapat menggunakan bus kota No. P8 jurusan Terminal Wilangon menuju Kota Gresik.
Dari Terminal Wilangon, pengunjung dapat menggunakan bus jurusan Paciran.
Setelah sekitar 1,5 jam dan membayar ongkos sekitar Rp 10.000 (Juli 2008),
pengunjung dapat turun di depan pintu gerbang WBL. Selain itu, bagi wisatawan
yang berangkat dari Terminal Babat Lamongan, yang merupakan persimpangan antara
jalur Surabaya—Semarang dengan jalur Malang—Jombang—Tuban, dapat
menggunakan taksi atau angkutan umum menuju lokasi WBL dengan harga sekitar Rp
10.000 hingga Rp 20.000 (Juli 2008). Dan pengunjung yang berangkat dari Stasiun Kota Lamongan dapat menggunakan taksi atau
angkutan umum menuju lokasi WBL dengan harga sekitar Rp 5000 hingga Rp 10.000
(Juli 2008) dan waktu tempuh kira-kira 1 jam.
E. Harga Tiket
Wisatawan yang berkunjung ke WBL dikenai tiket bervariasi, tergantung hari kunjungannya
dan fasilitas yang ingin dinikmati. Pada hari Senin hingga Jum‘at pengunjung
dikenai tiket promotion rate sebesar Rp 20.000 hingga Rp 30.000 (Juli
2008), sedangkan yang berkunjung pada hari Sabtu, Minggu, dan hari besar atau
hari libur lainnya, dikenai tiket weekend rate sebesar Rp 25.000 hingga
Rp 40.000 (Juli 2008). Masing-masing pengunjung dapat menikmati sedikitnya 20
macam fasilitas WBL.
F. Akomodasi dan
Fasilitas Lainnya
Di kawasan WBL, terdapat lokasi parkir yang luas dan berbagai tempat
belanja khas Jawa Timur seperti toko cenderamata, pasar buah, pasar sayur, dan
warung-warung makan yang dibuka mulai pukul 09.00 hingga pukul 21.00 WIB.
Sekitar 300 meter dari WBL, terdapat Gua Istana Maharani, Makam Sunan
Drajat, dan Makam Sunan Sendang Duwur, penyebar agama Islam di Pulau Jawa.
Kedua makam tersebut memiliki arsitektur yang dipengaruhi oleh Kerajaan
Majapahit. Di dekat kompleks makam tersebut terdapat Museum Sunan Drajat dan
Museum Van Der Wijk. Selain itu, sekitar 6 km ke arah barat terdapat
Pelabuhan Ikan Brondong yang dilengkapi dengan tempat pelelangan ikan yang
sangat terkenal di Jawa Timur.
Bagi yang ingin menginap, WBL juga menyediakan hotel berbintang tiga yaitu,
Tanjung Kodok Beach Resort yang meliputi cottage, paviliun,
funcion hall, dan hotel dengan kapasitas 50 hingga 60 kamar. Di sini
para wisatawan bisa menginap antara 5 sampai 15 orang dalam satu kamar.
Langganan:
Postingan (Atom)